Mar 4, 2009

::Manusia melihat rupa tetapi Tuhan melihat hati::

Bacaan hari ini: 1 Korintus 1:25-31
Ayat mas hari ini: 1 Korintus 1:28
Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 13-16

Ada dongeng tentang seorang penasihat raja yang buruk rupa, tetapi bijaksana. Raja selalu mendengarkan, sehingga sang ratu iri padanya. Ratu merasa bahwa si buruk rupa ini adalah penyihir yang membawa pengaruh buruk pada raja.

Suatu kali ratu menjumpainya dan meng¬hinanya sebagai manusia yang tidak berarti. Sang penasihat tersenyum dan mengatakan bahwa anggur kerajaan yang terbaik disimpan di dalam bejana tanah liat yang kelihatan kotor, sama seperti anggur petani di desa-desa. Ratu tidak mengerti, tetapi ia segera memeriksa hal itu. Betapa terkejut dan marahnya saat mendapati bahwa anggur kerajaan disimpan di bejana tanah liat. Ia memerintahkan agar anggur tersebut dipindahkan ke dalam bejana emas dan perak.
Namun, saat perjamuan makan kerajaan, anggur tersebut menjadi asam, sehingga menimbulkan kemarahan raja. Ratu pun malu dan mengakui kesalahannya. Ia memandang penasihat itu dan mengerti bahwa penampilan tidaklah penting. Buruk rupa tidak berarti buruk isinya. Cantik di luar tak berarti cantik di dalam. Anggur terbaik memang harus disimpan dalam bejana tanah liat.

Paulus menjelaskan bahwa Tuhan bekerja tidak memandang rupa. Apa yang bodoh, tidak terpandang, dan hina bagi dunia dipilih Allah untuk menunjukkan hikmat-Nya. Alangkah bodoh jika pelayanan atau gereja memilih pengurus berdasarkan kulit luarnya—seperti harta, jabatan, atau gelar. Harta, jabatan, dan gelar bisa dipakai Tuhan, tetapi Tuhan lebih melihat isi, yaitu karakter, kedewasaan, dan prinsip hidup melayani. Dia tidak memandang kaya atau miskin, terpandang atau tidak, terpelajar atau tidak.

MANUSIA KERAP MELIHAT KULIT LUAR SEMATA TETAPI TUHAN MEMILIH HATI YANG TULUS DAN SETIA

::Arti Sebuah Pelukan ::


Bacaan hari ini: Lukas 15:11-24
Ayat mas hari ini:
Lukas 15:20
Bacaan Alkitab Setahun:
Ulangan 10-12

Ketika memulai gerakan Free Hugs (Pelukan Gratis) pada 30 Juni 2004 di sebuah jalan ramai di Sydney, Australia, ba¬nyak orang yang menganggap Juan Mann tidak waras. Mereka menertawakan dan memandangnya dengan curiga. Hampir lima belas menit ia berdiri tanpa hasil. Sampai akhirnya seorang ibu tua datang menghampirinya. Dengan wajah muram, ibu itu berkisah, pagi tadi anjingnya mati dan hari itu adalah tepat setahun putri tunggalnya meninggal karena kecelakaan mobil. Ia merasa begitu kesepian. Mann memeluk ibu itu. Mereka lalu berpisah dengan senyum cerah di wajah sang ibu. Kampanye Free Hugs kemudian berkembang secara luas di seluruh dunia sejak videonya muncul di Youtube pada tahun 2006.

Firman Tuhan hari ini berkisah tentang si anak hilang yang pulang. Berbagai kegalauan dan ketakutan tentu melintas di benaknya. Ia sudah sangat mengecewakan ayahnya. Ia sungguh maklum kalau ayahnya akan memarahi atau bahkan mengusirnya. Akan tetapi, yang terjadi justru sebaliknya. Bukan semprotan kemarahan atau penolakan, sang ayah menyambutnya dengan pelukan kasih (ayat 20). Bisa dibayangkan, betapa leganya hati si anak hilang. Seribu satu beban yang menindihnya terangkat sudah. Plong.

Andai ada survei: di mana tempat teraman dan ternyaman di dunia? Jangan heran kalau banyak orang yang menjawab: pelukan orang yang kita sayangi dan menyayangi kita. Ya, pelukan yang didasari hati yang mengasihi itu bagai sebuah oase—damai dan tenteram. Di sana segala galau dan resah sirna. Segala perih tuntas. Sungguh.

KADANG YANG ORANG PERLUKAN HANYALAH SEBUAH PELUKAN PENUH KASIH

::Beri Kami Harapan!::

Bacaan hari ini: Ibrani 6:9-20
Ayat mas hari ini: Ibrani 6:19
Bacaan Alkitab Setahun: Ulangan 7-9

Film Flight of the Phoenix bercerita tentang pesawat pengangkut minyak yang terempas badai pasir di Gurun Mongolia. Dua penumpangnya tewas, radio rusak, dan badan pesawat pun berantakan. Dengan catu daya yang terbatas di tengah lingkungan yang tak ramah, masih adakah harapan bagi mereka yang bertahan hidup? Seorang penumpang mengusulkan untuk merakit kembali pesawat baru dari rongsokan yang ada. Sang pilot menepiskan ide itu; menganggapnya menggelikan dan mustahil. Penumpang lain menyanggahnya. “Menurutku, orang cuma perlu satu hal dalam hidup ini,” katanya. “Ia hanya perlu seseorang untuk dikasihi. Kalau kau tidak bisa memberikan itu, berilah mereka sesuatu untuk mereka harapkan.”

Pengharapan meneguhkan kehidupan kita. Penulis Ibrani menggambarkan kehidupan ini sebagai kapal di lautan. Jiwa kita adalah kapalnya, yang mengangkut muatan berharga: anugerah keselamatan (ayat 9). Kita tengah berlayar menuju pelabuhan surga. Adapun pencobaan, penganiayaan, dan penderitaan adalah angin dan gelombang yang berpotensi mengandaskan kapal. Karenanya, kita memerlukan sauh yang memberikan kepastian dan keteguhan. Sauh itu tidak lain adalah pengharapan kita di dalam Yesus.

Di tengah dunia yang penuh gelombang ketidakpastian, kita dapat tetap tenang karena Yesus telah melabuhkan sauh kapal jiwa kita ke belakang tabir, yaitu ruang Mahakudus di surga. Hadirat Allah yang mulia itu tidak terpengaruh oleh keadaan dunia. Di sana Dia menjadi Imam Besar yang kekal dan tidak mungkin gagal menolong umat-Nya.

PENGHARAPAN KITA TEGUH KARENA TERPANCANG PADA BATU KARANG YANG TIDAK TERGUNCANGKAN